JANIN DI
PERUT ANNISA
“Dia
mungkin hamil,”bisik salah satu ibu pengunjing pada teman di sebelahnya sambil
memonyongkan bibir ke arah perempuan berjilbab panjang hingga menutup perut dan
bokongnya.
“Mungkin,jilbab
panjangnya hanya untuk menutup perutnya yang sudah membesar,”temannya
menambahkan kemungkinan dari lidah tajamnya.
“Iya,lihatlah
cara jalannya,tangannya sellalu dimasukkan ke dalam selendangnya yang panjang.”
Lidah-lidah mereka mulai fasih membicarakan andaian mereka sendiri.
“Masa’?
Setau ku dia gadis baik-baik,tidak pernah aku melihat dia bersama lelaki bukan
mahramnya,”kata ibu berbaju ibu pula.
“Ah
anak sekarang buk,diluar telihat baik,di dalam siapa yang tahu?!” Kilah ibu
pengunjing pertama tadi. Mereka sangat asyik dengan topik mereka. Topik
kehamilan dari seorang perempuan berjilbab panjang.
. . .
. . .
Annisa
baru pulang dari mengajar mengaji. Bundanya masih duduk menjahit beberapa
pasang baju tempahan tetangga.
“Assalamu’alaikum
Bun,”ucapnya mencium tangan bunda.
“W’alaikumsalam
Annisa,”balasnya. Tangannya kembali memegang baju jahitan. Annisa duduk di
kursi seraya merapikan buku-buku yang berserakan di atas meja.
“Nisa..”
“Ya
Bun,”Nisa menoleh.
“Kamu
dengar tidak desas desus di kampung ini?” Bunda mengangkat bicara.
“Desas
desus apa Bun?”
“Tentang
kamu sedang hamil,’’jawab bunda agak sedikit ragu. Nisa tesenyum dan
menghampiri bundanya.
“Bunda,biar
saja mereka bicara apa saja tentang Nisa,kita tidak bisa menutup mulut mereka,tapi
kita bisa menutup telinga kita,”ujar Nisa menenangkan hati bunda. Dia tahu
desas desus bahwa dirinya sedang hamil membuat keluarganya resah. Lebih-lebih
lagi bundanya. Hati orang tua mana yang tidak resah kalau anak gadisnya
hamil,luar nikah pula. Mendengar kata anaknya bunda hanya diam dan mengangguk.
Dia percaya pada Annisa,buah hati kesayangannya. Annisa seorang gadis yang
soleha,sangat mengerti agama. Bisa membedakan yang benar dan yang salah.
Mustahil Annisa melakukan hal diluar batasan. Dari kecil dia sudah ditanamkan
agama yang kokoh. Kekokohan agama tersebut tidak akan mudah roboh. Bundanya
sangat yakin itu.
. . .
. . .
Berita
kehamilan Annisa telah tersebar di seluruh kampungnya. Namun Annisa tetap
melakukan aktivitas biasanya tanpa menghirau omongan orang. Dia tidak mempedulikan mata-mata tajam yang tertuju
pada perutnya yang sama sekali tidak membuncit.
“Aku
yakin dia hamil.”
“Iya,perutnya
mulai membuncit.”
“Tak
aku sangka Annisa gadis yang kotor.” Berbagai celaan dan fitnah terus meluncur
dari mulut-mulut mereka. Sampai-sampai orang tua yang meminta Annisa mengajar
anak-anaknya mengaji pun memberhentikan Annisa.
“Buat
apa anakku diajar oleh gadis penzina seperti dia.” Begitu kata kotor yang
terlontar dari mulut mereka. Meski dicaci dan difitnah,Annisa tetap diam dan
tawakkal.
. . .
. . .
Sore
itu Annisa yan sedang beres-beres rumah tiba-tiba jatuh pingsan. Bunda langsung
membawanya ke rumah sakit. Setelah diperiksa ternyata ada benjolan di dalam
perut Annisa. Dokter menyarankan supaya di USG. Karena khawatir dengan keadaan
Annisa,bunda menyetujuinya.
Hasil
USG sangat mengejutkan. Benjolan itu bukan tumor,bukan pula sejenis penyakit
lainnya. Tapi benjolan itu adalah janin berusia dua minggu. Annisa tidak bisa
menahan air mata,dia tidak mengerti mengapa ada janin di perutnya.Sedangkan dia
tidak pernah bergaul dengan bukan muhrimnya. Berita kehamilan yang kemari hanya
sekedar rumor kini benar-benar terjadi. Ibu-ibu pengunjing semakin bersemangat
menceritakan aib orang lain.
“Wanita
jalang.”
“Kerudung
hanya dibuat sebagai tameng maksiat.”
“Hahaha
.. wanita munafik.” Mereka merasa diri mereka suci sehingga mereka dengan
gampang mengeluarkan kata-kata yang tak sepantasnya dikatakan.
Hati
Annisa benar-benar hancur. Siapa yang percaya bahwa dia masih perawan? Siapa
yang percaya bahwa dia tak pernah tersentuh tangan-tangan jalang? Tidak ada.
Semua sibuk memakinya.
Malam.
Di kamar yang penuh ayat-ayat indah sebagai hiasan dan kata-kata penyejuk kalbu
sebagai motto hidup,Annisa bersimpuh menghadap Sang Khalik. Disela-sela
zikir,air mata mulai menetes. Tetes-tetes air mata itu bukanlah tetes air mata
penyesalan,bukan pula kesediahan. Tapi air mata kecintaan kepada Ilahi. Air
mata itu pula yang menyampaikan tentang sesuatu di dalam hatinya. Sesuatu yang
tak bisa ia luahkan pada siapapun.
“Ya Rabb,hamba-Mu ini
bukanlah seorang gadis sesuci Maryam,yang hidup hanya beribadah pada Mu.
Sedikitpun aku tidak bisa menyamakan diri dengan kesuciannya.
Aku hanya berusaha menanam cinta yang tak ada akhirnya.
Ya Rabb,sekarang ada sebuah cerita yang tak bisa ku pahami.
Ada rasa terkilan di hatiku.
Mengapa ada janin tumbuh bersama diriku?
Bernapas saat aku bernapas.
Sedang aku tidak pernah tersentuh dan menyentuh lelaki bukan makhramku.
Aku tak ingin menjadi Maryam.
Bukan karna aku tak ingin menjadi dia.
Tapi aku tak layak menjadi wanita soleha itu
Karena aku bukanlah gadis setabah dia.
Ya Rabb,adakah cerita lain yang bisa ku pahami?”
Sedikitpun aku tidak bisa menyamakan diri dengan kesuciannya.
Aku hanya berusaha menanam cinta yang tak ada akhirnya.
Ya Rabb,sekarang ada sebuah cerita yang tak bisa ku pahami.
Ada rasa terkilan di hatiku.
Mengapa ada janin tumbuh bersama diriku?
Bernapas saat aku bernapas.
Sedang aku tidak pernah tersentuh dan menyentuh lelaki bukan makhramku.
Aku tak ingin menjadi Maryam.
Bukan karna aku tak ingin menjadi dia.
Tapi aku tak layak menjadi wanita soleha itu
Karena aku bukanlah gadis setabah dia.
Ya Rabb,adakah cerita lain yang bisa ku pahami?”
Air
mata Annisa terus mengalir bersama butir-butir zikir yang dia ucapkan. Malam
terasa berlalu terlalu cepat. Sayup-sayup suara terindah dari masjid
membangunkan manusia dari peraduan dan mimpi sesaat. Suara itu pun membangunkan
Annisa. Namun,kali ini tak seperti biasanya. Matanya terasa susah dibuka.
Pelan-pelan ia membuka matanya. Putih. Di sekeliling yang dilihatnya hanya
berwarna putih. Bersih. Lalu,dia melihat dua orang dengan berpakaian indah
tersenyum padanya. Senyuman di bibir keduanya menghilangkan semua keraguan
Annisa.
“Assalamu’alaikum
Annisa,”ucap keduanya.
“Wa’alaikumsalam,”balas
Annisa. Senyumnya mengembang.
Ya Ilahi,aku mulai mengerti cerita ini.
Karya:
Lidya A.Tina
Bengkalis
Bengkalis
2 komentar:
jadi inget waktu aq hamil dulu sis, walau keguguran tapi aq bangga sempat bisa hamil. alhamdulillah
oiya, join blog aq juga ya ^^
yang sabar ya sis, pasti ad hikmah dsbaliknya..
btw,tq udh mampir.
ok.
:)
Posting Komentar
tinggalkan jejak anda.