2 4 4 3 4
Lelaki tua itu tengah sekarat.
Nyawa terus terkinjang-kinjang tak menghiraukan kesakitan yang dirasakan
orang tua itu. Sebentar ke tenggorokan sebentar ke perut kemudian naik lagi
begitu seterusnya.
“Hahahaha..” Nyawa tertawa.
“Rasakan ini orang tua,rasakan pembalasan ku,”sambungnya lagi.
“Setan kau,kalau kau ingin pergi,pergi saja,tidak perlu kau mempermainkan ku,bangsat,”maki lelaki tua itu kepada Nyawa.
“Dasar orang tua tidak tahu diri,aku cukup setia menemani mu selama tujuh puluh tahun,tapi tak pernah kau hargai,sekarang rasakanlah bagaimana rasa sakit yang aku rasakan selama bersama mu.”
“Setan kau,kalau kau ingin pergi,pergi saja,tidak perlu kau mempermainkan ku,bangsat,”maki lelaki tua itu kepada Nyawa.
“Dasar orang tua tidak tahu diri,aku cukup setia menemani mu selama tujuh puluh tahun,tapi tak pernah kau hargai,sekarang rasakanlah bagaimana rasa sakit yang aku rasakan selama bersama mu.”
Nyawa kembali mempermainkan batin orang tua itu. Melangkah
pelan ke tenggorokannya lalu berlari ke perutnya. Mata lelaki tua itu terbeliak
menahan sakit.
“Hahahhaaa,”tawa Nyawa.
“pergi kau,”teriak orang tua itu lagi.
“Tidak semudah itu orang tua,”kata Nyawa.
“Hahahhaaa,”tawa Nyawa.
“pergi kau,”teriak orang tua itu lagi.
“Tidak semudah itu orang tua,”kata Nyawa.