RAGAM DAN JENIS PUISI
Ada bermacam-macam jenis puisi yang ditulis para penyair Indonesia.
Karya sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami makna karya sastra,
kita mengacu pada beberapa hal yang erat hubungannya dengan puisi
tersebut. Dalam pemahaman puisi, hal yang dipandang erat hubungannya
adalah jenis puisi itu sendiri dan sudut pandang penyair. Sebenarnya ada
banyak sekali macam-macam puisi, dan bagaimana penyair dalam
menyampaikan inspirasinya, serta bagaimana menafsirkan makna puisi
dengan mudah. Sehingga mudah mengklasifikasikan, termasuk jenis puisi
apakah yang kita ciptakan.
W.H Hudson menyatakan adanya puisi sebyektif dan puisi obyektif
(1959:96). Cleanth Brooks menyebut adanya puisi naratif dan puisi
deskriptif (1979:335-356). David Daiches menyebut adanya puisi fisik,
platonic, dan metafisik (1948:145). X.J. Kennedy menyebut adanya puisi
konkret dan balada (1071:116-226). Dalam kumpulan puisi Rendra, kita
mengenal judul-judul: balada, romansa, stanza, serenada, dan sebagainya.
Ada juga parable atau alegori. Sedangkan istilah ode, himne, puisi
kamar, dan puisi auditorium juga sering kita jumpai.
1. Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan.
a. Puisi Narataif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi
naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks.
Puisi-puisi naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.
Balada adalah puisi yang bercerita tentang orang-orang perkasa, tokoh
pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Rendra banyak
sekali menulis balada tentang orang-orang tersisih, yang oleh penyairnya
disebut "Orang-orang Tercinta". Kumpulan baladanya yaitu, Balada
Orang-orang Tercinta dan Blues Untuk Bonnie.
Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantic
berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan
diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka
lebih mempesonakan. Rendra juga banyak menulis romansa. Salah satu
bagian dalam "Empat Kumpulan Sajak"nya berjudul "Romansa" dan berisi
jenis puisi romansa, yakni kisah percintaan sebelum Rendra menikah.
Kirdjomuljo menulis romansa yang berisi kisah petualangan dengan judul
“Romance Perjalanan". Kisah cinta ini dapat huga berarti cinta tanah
kelahiran seperti puisi-puisi Ramadhan K.H. Priangan “Si Jelita”. Priode
1953-1961 banyak ditulis jenis romansa ini.
b. Puisi Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan
pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi, ode,
dan serenada.
Elegi adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya "Elegi
Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di
kota Jakarta.
Serenada adalah Sajak percintaan yang bisa dinyanyikan. Kata serenada
berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak
menciptakan serenada dalam 'Empat Kumpulan Sajak'. Misalnya Serenada
hitam, Serenada Biru, serenade Merah Jambu, serenade ungu, Serenada
Kelabu, dan sebagainya. Warna-warna dibelakang serenada itu melambangkan
sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, kecewa, dan
seterusnya.
Ode adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal,
sesuatu keadaan. Yang banyak ditulis adalah pemujaan terhadap
tokoh-tokoh yang dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro” Chairil
Anwar, dan “Ode Buat Proklamator” Leon Agusta merupakan contoh ode yang
bagus.
Berikut ini kutipan Ode Buat Proklamator, sebuah ode yang memuja tokoh proklamator Bung Karno dan Bung Hatta.
ODE BUAT PROKLAMATOR
Bertahun setelah kepergiannya kurindukan dai kembali
Dengan gelombang semangat halilintar dilahirkan sebuah negri; dalam Lumpur dan lumut
Dengan api menyapu kelam menjadi untaian permata hijau dibentangan cahaya abadi
Yang sesantiasa membuatnya tak pernah berhenti bermimpi menguak kabut
gulita mendung, menerjang benteng demi benteng membalikkan arah to[pan,
menjelmakan impian demi impian
Dengan seorang sahabatnya, mereka tanda tangani naskah itu
Mereka memancang tiang bendera, merobah nama dan peta, berjaga membacakan sejarah, menggenti bahasa pada buku
Lalu dia meniup terompet dengan selaksa nada kebangkitan sukma.
Kini kita ikut membubuhkan nama diatas bengkalainya; meruntuhkan
sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan perang saudara mengundang
musnah, dendam tidur di hutan-hutan, di sawah terbuka yang sakti
Kata berpasir di bibir pantai hitam dan oh, lidahku yang terjepit,
buih lenyap dilaut biru derap suara yang gempita Cuma bertahan atau
menerkam
Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembali bersama gemuruh cinta yang membangun sejuta rajawali
Tak mengelak dalam bercumbu, biar berbisa perih dirabu
Berlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya yang pudar
Bagi negriku, bermimpi dibawah bayangan burung garuda
(Hukla 1979)
Dalam puisi ini, dapat diungkapkan rasa kagum penyair kepada sang
proklamator. Ungkapan-ungkapan rasa kagum ini sangat mengena dan tidak
bersifat klise. Kerinduan penyair untuk mendengarkan bara semangat yang
ditiupkan lewat pidato-pidato yang berapi-api, dapat kita hayati sejak
enam baris terakhir.
c. Puisi Deskriptif
Didepan telah dinyatakan bahwa dalam puisi deskriptif, penyair
bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan / peristiwa, benda,
atau suasana dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat
diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire, kritik
sosial, dan puisi-puisi impresionitik.
Satire adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair
terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan
keadaan sebaliknya.
Kritik Sosial adalah Puisi yang juga menyatakan ketidak senangan
terhadap keadaan tau terhadap diri seseorang, namun dengan cara
membeberkan kepincangan atau ketidak beresan keadaan / orang tersebut.
Impresionistik adalah Puisi yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.
2. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku
kumpulan puisi ‘Hukla’ karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut
juga puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara atau serangakaian
suara).
Puisi Kamar ialah Puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar.
Puisi Auditorium adalah Puisi yang cocok dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.
Sajak-sajak Leon Agusta banyak yang dimaksudkan untuk sajak
auditorium. Puisi-puisi Rendra kebanyakan adalah puisi auditorium yang
baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdengar lewat
pembacaan yang keras. Puisi auditorium disebut juga puisi oral karena
cocok untuk dioralkan.
3. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal
Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang dikemukakan dalam puisi itu.
Puisi Fisikal adalah Puisi bersifat realistis, artinya menggambarkan
kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan
gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan merupakan obyek
ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada, impresionistis, juga puisi
dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.
Puisi Platonik adalah Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang
bersifat spiritual atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah
'Cinta Platonis' yang berarti cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi
ide atau cita-cita, religius, ungkapan cinta luhur seorang kekasih atau
orang tua kepada anaknya dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi
platonik.
Puisi Metafisikal adalah Puisi yang bersifat filosofis dan mengajak
pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius
disatu pihak dapat dinyatakan puisi platonic (menggambarkan ide atau
gagasan penyair), dilain pihak dapat disebut sebagai puisi metafisik
(menagjak pembaca merenungkan hidup, kehidupan, dan Tuhan), karya-karya
mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang, Syair Perahu, dan Syair Si
Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi metafisikal. Kasidah-kasidah
“Al-Barzanji” karya Ja'far Al-Barzanji dan tasawuf karya Jalaludin Rumi
dapat diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal.
4. Puisi Subyektif dan Puisi Obyektif
Puisi Subyektif disebut juga Puisi Personal, yakni puisi yang
mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair
sendiri. Puisi-puisi yang ditulis kaum ekspresionis dapat
diklasifikasikan sebagai puisi subyektif, karena mengungkapkan keadaan
jiwa penyair sendiri. Demikian pula puisi lirik dimana aku lirik bicara
kepada pembaca.
Puisi Obyektif berarti Puisi yang mengungkapkan hal-hal diluar diri
penyair itu sendiri. Puisi obyektif disebut juga puisi impersonal. Puisi
naratif dan deskriptif kebanyakan adalah puisi obyektif, meskipun juga
ada beberapa yang subyektif.
5. Puisi Konkret
Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak
tahun 1770-an. X.J.Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu dengan
nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat
dihayati keindahan bentuk dari sudut pandang (poem for the eye). Kita
mengenal adanya bentuk grafis dari puisi, kaligrafi, ideogramatik, atau
puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan pengimajian lewat
bentuk grafis. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf
sangat potensial membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang 'kasat mata'
lebih dipentingkan dari pada makna yang ingin disampaikan. Contoh dalam
bahasa Inggris, misalnya karya Joice Klimer berikut ini :
t
ttt
rrrrrrr
eeeeeeeee
???
Kata yang hendak dinyatakan dalam puisi ini hanyalah 'tree', namun
karena membentuk gambar pohon natal, maka pembaca mengetahui bahwa yang
dimaksud penyair adalah pohon natal. Karya Sutardji banyak sekali yang
dapat diklasifikasikan sebagai puisi konkret. Kemudian diikuti oleh
penyair-penyair yang lebih muda. Puisi konkret ada yang berbentuk segi
tiga, kerucut, belah ketupat, piala, tiang lingga, oval, spindle,
ideografik, dan ada juga yang menunjukkan lambang tertentu.
6. Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali
menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga
puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan
sangat muda dihayati maknanya. Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya
mereka yang baru belajar menulis puisi dapat diklasifikasikan puisi
diafan. Mereka belum mampu mengharmoniskan bentuk fisik untuk
mengungkapkan makna. Dengan demikian penyair tersebut tidak memiliki
kepekaan yang tepat dalam takarannya untuk lambang, kiasan, majas, dan
sebagainya. Jika puisi terlalu banyak majas, maka puisi itu menjadi
gelap dan sukar ditafsirkan. Sebaliknya jika puisi itu kering akan majas
dan versifikasi, maka itu akan menjadi puisi yang bersifat prosaic dan
terlalu cerlang sehingga diklasifikasikan sebagai puisi diafan.
Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan
menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa
sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun
tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu.
Namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada
bermacam-macam makna yang muncul karena memang bahasa puisi bersifat
multi interpretable. Puisi prismatis kaya akan makna, namun tidak gelap.
Makna yang aneka ragam itu dapat ditelusuri pembaca. Jika pembaca
mempunyai latar belakang pengetahuan tentang penyair dan kenyataan
sejarah, maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi
tersebut.
Penyair-penyair seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat
menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi yang
dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair
besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa
kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi
prismatis. Puisi-puisi dari orang yang baru belajar menjadi penyair
biasanya adalah puisi diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi
gelap.
7. Puisi Pernasian, dan Puisi Inspiratif
Pernasian adalah sekelompok penyair Prancis pada pertengahan akhir
abad 19 yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai
keilmuan. Puisi pernasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau
pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam
jiwa penyair. Puisi-puisi yang ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mampu
menulis puisi, kebanyakan adalah puisi pernasian. Puisi-puisi Rendra
dalam “Potret Pembangunan” dalam puisi yang banyak berlatar belakang
teori ekonomi dan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi
pernasian. Demikian juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang
sarat dengan pertimbangan keilmuan.
Puisi Inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair
benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin
penyair benar-benar terlibat kedalam puisi itu. Dengan mood, puisi yang
diciptakan akan memiliki tenaga gaib, sekali baca habis. Pembaca
memerlukan waktu cukup untuk menafsirkan . puisi prosaic seperti karya
penyair-penyair tahun 1970-an dibawah ini, termasuk puisi yang
menggunakan bahasa pernassioan.
Karena Jajang
Tuhan
Saya minta duit
Buat beli sugus
Karena Jajang
Lagi doyan sugus
8. Stansa
Jenis puisi yang bernama stanza kita jumpai dalam Empat Kumpulan
Sajak karya Rendra. Stanza artinya puisi yang tediri atas 8 baris.
Stanza berbeda dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24
baris. Aturan pembarisan dalam oktaf adalah 8 baris untuk tiap bait,
sedangkan dalam setanza seluruh puisi itu hanya terdiri atas 8 baris.
Berikut ini dikutip contoh stanza yang ditulis sekitar tahun 1969.
Malam kelabu
Ada angina mnerpa jendela
Ada langit berwarna kelabu
Hujan titik satu-Saturday menatap cakrawala malam jauh
Masih adakah kuncup-kuncup mekar
Atau semua telah layu
Kelu dalam seribu janji
Kelam dalam penantian.
(Herwa, 1969)
9. Puisi Demonstrasi dan Pamflet
Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka
yang oleh Jassin disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan
hasil refleksi demonstrasi para maha siswa dan pelajar sekitar tahun
1966. Menurut subagio Sastrowardoyo, puisi-puisi demonstrasi 1966
bersifat ke-kita-an, artinya melukiskan perasaan kelompok, bukan
perasaan individu. Puisi-puisi mereka adalah endapan dari pengalaman
fisik, mental, dan emosional selama penyair terlibat dalam demonstrasi
1966. gaya paradoks dan ironi banyak kita jumpai. Sementara itu,
kata-kata yang membakar semangat kelompok banyak dipergunakan, seperti
kebenaran, kamanusiaan, tirani, kebatilan, dan sebagainya. Di bawah ini
dikemukakan salah satu contoh.
Mimbar
Dari mimbar ini telah dibicarakan
Pikiran-pikiran dunia
Suara-suara kebebasan
Tanpa ketakutan
Dari mimbar ini diputar lagi
Sejarah kemanusiaan
Pengembangan teknologi
Tanpa ketakutan
Di kampus ini
Telah dipahatkan
Kemerdekaan
Segala despot dan tirani
Tidak bisa dirobohkan
Mimbar kami
(Taufiq Ismail, 1966)
Seperti halnya puisi pamflet, puisi-puisi demonstrasi merupakan
ungkapan sepihak, sehingga kebenaran sulit ditrima secara obyektif.
Pihak yang dibela diberikan tempat dan kedudukan yang terhormat dan
serba benar, sedang pihak yang dikritik dilukiskan berada dalam posisi
yang kurang simpatik.
Puisi pamflet juga mengungkapkan protes social. Disebut puisi pamflet
karena bahasanya adalah bahasa pamflet. Kata-katanya mengungkapkan rasa
tidak puaas kepada keadaan. Munculnya kata-kata yang berisi protes
secara spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan yang mendalam.
Istilah-istilah gagah membela kelompoknya disertai dengan istilah tidak
simpatik yang memojokkan pihak yang dikritik. Seperti halnya puisi
demonstrasi, bahasa pusi pamflet juga bersifat prosaic.
Rendra adalah tokoh puisi pamflet. Didepan telah diberikan salah satu
contoh puisi pamflet Rendra yang berjudul "Sajak Burung Kondor".
Kata-kata cukong, dan kondom dinyatakan bersam dengan kata-kata
penderitaan, kelaparan, dan kesengsaraan rakyat kecil yang dibela. Dalam
pusi-puisi pamflet banyak kita jumpai kata-kata tabu yang diungkapkan
penyair untuk menunjukkan kedongkolan hati penyair kepada pihak yang
dikritik atau terhadap keadaan yang tidak memuaskan dirinya.
Puisi pamflet Rendra kehilangan makna konotatif, suatu kehebatan
Rendra dalam menciptakan puisi pada tahun 50-an. Kata-kata kasar,
ungkapan-ungkapan langsung ke sasaran, dan hiperbola yang bertujuan
memojokkan pihak yang dikritik banyak kita jumpai dalam puisi-puisi
pamflet Rendra. Puisi-puisi pamflet Rendra ini mengingatkan kita akan
puisi-puisi Jerman pada awal industrialisasi di sana. Puisi-puisi
pamflet Rendra kebetulan merupakan reaksi terhadap industrialisasi yang
berkembang pesat sekitar tahun 1974 (seperti halnya puisi pamflet
Jerman). Berikut ini dikutip salah satu puisi pamflet Rendra
Menghirup sebatang lisong,
Melihat Indonesia Raya,
Mendengar 130 juta rakyat,
Dan di langit
Dua tiga cukong mengangkang,
Berak diatas mereka
………………………………….
Delapan juta kanak-kanak
Menghadapi satu jalan panjang,
Tanpa pilihan,
Tanpa pohonan
Tanpa dangau persinggahan,
Tanpa ada bayangan ujungnya
…………………………………..
Menghisap udara
Yang disemprot deodorant,
Aku melihat sarjana-sarjana menganggur
Berpeluh di jalan raya;
Aku melihat wanita bunting
Antri uang pensiun
Dan di langit:
Para teknokrat berkata :
Bahwa bangsa kita adalah malas
Bahwa bangsa mesti dibangun
Mesti di up-grade,
Disesuaikan dengan teknologi yang diimport.
……………………………………………………
Bunga-bunga bangsa tahun depan
Berkunang-kunang pandang matanya,
Di bawah iklan berlampu neon.
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
Menjadai gembalau suara kacau,
Menjadi karang di bawah muka samudra.
Kita mesti berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode
Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
Keluar ke desa-desa,
Mencatat sendiri semua gejala,
Dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamflet masa darurat,
Apakah arti kesenian,
Bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
Bila terpisah dari masalah kehidupan.
10. Alegori
Puisi sering-sering mengungkapakan cerita yang isinya dimaksudkan
untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori
yang terkenal adalah parable yang juga disebut dongeng perumpamaan.
Dalam kitab suci banyak kita jumpai dongeng-dongeng perumpamaan yang
maknanya dapat kita cari dibalik yang tersurat. Puisi "Teratai" karya
Sanusi Pane boleh dikatakn sebagai puisi alegori, karena kisah bunga
teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh pendidikan. Kisah tokoh
pendidikan yang dilukiskan sebagai teratai itu digunakan untuk memberi
nasihat kepada generasi muda agar mencontoh teladan 'teratai' itu.
Cerita berbingkai seperti Panca Tantra, 1001 Malam, Bayan Budiman dan
Hikayat Bachtiar juga dapat diklasifikasikan sebagai parable.
*) Catatan yang aku temukan dibangku sekolah
Inilah Kata-kata yang Sering Dihamburkan
Tulisan “Hindari Pemborosan Kata” menampilkan beberapa kalimat
yang mengandung pemborosan, yang sebenarnya dapat dihilangkan agar
membuat kalimat menjadi efektif.
Berikut adalah daftar kata atau frasa yang sering dipakai tidak hemat tetapi banyak dijumpai penggunaannya.
Boros:
1. sejak dari
2. agar supaya
3. demi untuk
4. adalah merupakan
5. seperti … dan sebagainya
6. misalnya … dan lain-lain
7. antara lain … dan seterusnya
8. tujuan daripada
9. mendeskripsikan tentang
10. berbagai faktor-faktor
11. daftar nama-nama
12. mengadakan penelitian
13. dalam rangka untuk
14. berikhtiar dan berusaha untuk memberikan pengawasan
15. mempunyai pendapat
16. melakukan pemeriksaan
17. menyatakan persetujuan
18. Apabila …, maka
19. Walaupun …, namun
20. Berdasarkan …, maka
21. Karena … sehingga
22. Namun demikian,
23. sangat … sekali
Hemat:
1. sejak atau dari
2. agar atau supaya
3. demi atau untuk
4. adalah atau merupakan
5. seperti atau dan sebagainya
6. misalnya atau dan lain-lain
7. antara lain atau dan seterusnya
8. tujuan tanpa daripada
9. mendeskripsikan tanpa tentang
10. berbagai faktor
11. daftar nama
12. meneliti
13. untuk tanpa dalam rangka
14. berusaha mengawasi
15. berpendapat
16. memeriksa
17. menyetujui
18. Apabila …, tanpa kata penghubung
19. Walaupun …, tanpa kata namun
20. Berdasarkan …, tanpa maka
21. Karena … tanpa sehingga, atau sehingga tanpa karena …
22. Namun, tanpa demikian atau Walaupun demikian
23. sangat tanpa sekali, atau sekali tanpa sangat.
Sumber: CK Writing (Writing Studies) disini
0 komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak anda.