Ayah
rumah yang dulu kita bina,ayah
kini menjadi rumah jutaan rayap
aku tak mampu menjaga simungil itu
tanganku tak cukup melakukannya
tubuhku terlalu lemah
walau hatiku tetap keras
jemariku terlalu lembut
walau semangatku tak pernah luput
sawah yang dulu penuh padi,ayah
kini menjadi padang ilalang
semua peluh yang kau tanam kemarin telah hilang
mereka pun ikut reput dlam keranda
bersama jasadmu di perut bumi.
Bila Hari Itu Datang
Badai menyapu dunia
bumi berputar keras
lautan mendidih menelan seisi jagad
planet-planet tak lagi bersinar
kegelapan menyergap diri
kemaksiatan menangis,kebajikan tertawa
kematian datang menjemput
kehidupan kembali kekal abadi
dunia hanyalah mimpi sesaat
sederetan pemulung dosa
menapak jalan yang panjang
jatuh dalam kegelapan dan keperitan
bila hari itu datang
semua dada berdebar kencang
menunggu hasil akhir kehidupan
Riau Pos,oktober 2009
Tangis Malam
angin menusuk tulang
ku usap air suci menyingkap tabir gelap
longkahan dosa mengalir dalam tangis
tegakku bagai alif
sajadah usang menampung tumpahan gulir bening bak mutiara
entahlah..bayangan ku terpana
ciptaan sebuah nyanyian dalam lamunan
menyerbu benak dalam dingin api kenangan
rintik hujan begitu akrab dengan perih
datanglah wahai mukjizat kuburkan derita ini
Tiada Dusta
Lantunan syair sabda Mu
menembusi pori-pori langit
butiran tasbih berjalan antara jemari
bertaburan di taman surga
kala lembar terbuka,merekahlah Firdaus
malaikat putih menjemput
tercipta satu hikayat
tiada dusta.tiada nista
hanya senyum tersungging di bibir pemuja-Nya
duniapun tertawa
ha ha ha
Rindu Terhenti
derap langkah menunggu hari
mata terkunci oleh lara
penantian tak kunjung akhir membuat
nafas tak sanggup menghembus kehidupan
entah nestapa tak mau berpisah
atau bahagia enggan menerpa
aku telah mati dikeroyok masa
bagai cinta Laila Majnun
rinduku terhenti
Rebung
Rebung mengeras mulai bingal
di ujung lunglai oleh tiupan kecil
akar mencengkram tanah
rintihnya tak terdengar
luka yang dalam berbisa karna kecil tak terjamah
oh..malang nasibnya
dibiar tumbuh malah membunuh
dibiar bahagia malah durhaka
kini rebung menjadi aur
tak mampu dibentur lagi
keangkuhan mulai meninggi
ketaatan terletak di bawah kaki
dimuat tanggal 27 juni 2010
Riau Pos
Ntu puisi Jhia waktu kelas 3 SMA. Puisi terbaru akan segera nyusul.
:)
rumah yang dulu kita bina,ayah
kini menjadi rumah jutaan rayap
aku tak mampu menjaga simungil itu
tanganku tak cukup melakukannya
tubuhku terlalu lemah
walau hatiku tetap keras
jemariku terlalu lembut
walau semangatku tak pernah luput
sawah yang dulu penuh padi,ayah
kini menjadi padang ilalang
semua peluh yang kau tanam kemarin telah hilang
mereka pun ikut reput dlam keranda
bersama jasadmu di perut bumi.
Bila Hari Itu Datang
Badai menyapu dunia
bumi berputar keras
lautan mendidih menelan seisi jagad
planet-planet tak lagi bersinar
kegelapan menyergap diri
kemaksiatan menangis,kebajikan tertawa
kematian datang menjemput
kehidupan kembali kekal abadi
dunia hanyalah mimpi sesaat
sederetan pemulung dosa
menapak jalan yang panjang
jatuh dalam kegelapan dan keperitan
bila hari itu datang
semua dada berdebar kencang
menunggu hasil akhir kehidupan
Riau Pos,oktober 2009
Tangis Malam
angin menusuk tulang
ku usap air suci menyingkap tabir gelap
longkahan dosa mengalir dalam tangis
tegakku bagai alif
sajadah usang menampung tumpahan gulir bening bak mutiara
entahlah..bayangan ku terpana
ciptaan sebuah nyanyian dalam lamunan
menyerbu benak dalam dingin api kenangan
rintik hujan begitu akrab dengan perih
datanglah wahai mukjizat kuburkan derita ini
Tiada Dusta
Lantunan syair sabda Mu
menembusi pori-pori langit
butiran tasbih berjalan antara jemari
bertaburan di taman surga
kala lembar terbuka,merekahlah Firdaus
malaikat putih menjemput
tercipta satu hikayat
tiada dusta.tiada nista
hanya senyum tersungging di bibir pemuja-Nya
duniapun tertawa
ha ha ha
Rindu Terhenti
derap langkah menunggu hari
mata terkunci oleh lara
penantian tak kunjung akhir membuat
nafas tak sanggup menghembus kehidupan
entah nestapa tak mau berpisah
atau bahagia enggan menerpa
aku telah mati dikeroyok masa
bagai cinta Laila Majnun
rinduku terhenti
Rebung
Rebung mengeras mulai bingal
di ujung lunglai oleh tiupan kecil
akar mencengkram tanah
rintihnya tak terdengar
luka yang dalam berbisa karna kecil tak terjamah
oh..malang nasibnya
dibiar tumbuh malah membunuh
dibiar bahagia malah durhaka
kini rebung menjadi aur
tak mampu dibentur lagi
keangkuhan mulai meninggi
ketaatan terletak di bawah kaki
dimuat tanggal 27 juni 2010
Riau Pos
Ntu puisi Jhia waktu kelas 3 SMA. Puisi terbaru akan segera nyusul.
:)
0 komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak anda.