Tuan,ucapmu mengoyak kasihku
gema suaramu menusuk tanah suci di dadaku
“kau bukan tulang rusuk ku yang hilang”
begitu katamu,masih terdengar jelas
mengapa kau memaksaku mengorbankan butir mutiara
yang ku simpan sebagai bukti kerinduanku
kini tak lagi berharga
tuan,luka ini masih basah
semakin panjang dan berdarah
bilakah kan sembuh?
entah siapa dirimu
terus menyentuh kalbuku
saat ku tanya siapa dirimu
kau hanya tersenyum menampakkan jejeran
huruf-huruf indah laksana kalam Tuhan
kadang kau menyuruhku memanggilmu Maryam
kadang kau menyebut dirimu Fathir
begitu banyak namamu
hingga aku sulit mengingatnya
namun,tak muak kau mengajari aku
menyirami cahaya dalam hidupku
menguatkan ku saat aku mulai rapuh
membiarkan ku membasahi pundakmu
“Q,”aku menyapamu
kau masih tersenyum
tenang
damai
kau lihat itu
disana
payung Muhammad melayang-layang di udara
cobalah lihat kawan
dia datang diiringi genderang dan secabik sinar
megah sekali
pasti dia mau menyampaikan amanah Tuhan
oh..kau dengar itu
ada yang merungut dengan kedatangannya
menyentap-nyentap baju di ampaian
penuh kebencian
eh kawan,di sana Hamdalah tak henti-hentinya terucap
kau dengar itu?
lihat
senyum syukur mereka begitu menawan
kawan,aku sangat bahagia
dia menghilangkan dahagaku
Desember,2011
0 komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak anda.